TIMES BUTON, JAKARTA – Beberapa waktu lalu publik dibuat penasaran setelah Luna Maya, artis kenamaan Indonesia, mengungkapkan bahwa ia telah menjalani prosedur pembekuan sel telur sebelum menikah.
Keputusan ini menunjukkan langkah cerdas dan terencana dalam menjaga peluang kehamilannya di masa depan. Tapi, apa sebenarnya pembekuan sel telur itu?
Apa Itu Pembekuan Sel Telur?
Pembekuan sel telur—atau dalam istilah medis disebut kriopreservasi oosit—adalah prosedur medis untuk mengambil sel telur dari tubuh wanita, lalu membekukannya dan menyimpannya agar tetap bisa digunakan di masa mendatang.
Proses ini awalnya dilaporkan berhasil pada 1986 dan kini bukan lagi dianggap eksperimen, melainkan prosedur yang sudah diakui secara luas.
Teknologi ini terus berkembang, memungkinkan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dalam membuahi dan menghasilkan kehamilan dari sel telur yang telah dibekukan. Dengan kata lain, prosedur ini memberi perempuan kendali lebih besar atas keputusan tentang kapan mereka ingin memiliki anak.
Siapa yang Membutuhkan Pembekuan Sel Telur?
Ada beberapa alasan mengapa seorang wanita mempertimbangkan pembekuan sel telur, antara lain:
-
Menghadapi pengobatan kanker seperti kemoterapi atau radiasi yang dapat merusak kesuburan.
-
Akan menjalani operasi yang berisiko merusak ovarium.
-
Berisiko mengalami menopause dini karena faktor genetik atau riwayat keluarga.
-
Mengidap penyakit ovarium tertentu.
-
Membawa mutasi genetik (seperti BRCA) yang membuatnya harus mengangkat ovarium.
-
Ingin menunda kehamilan karena alasan pribadi atau karier.
Bagaimana Proses Pembekuan Sel Telur?
Prosesnya dimulai dengan pemeriksaan untuk melihat cadangan sel telur dan menentukan dosis obat stimulasi hormon yang dibutuhkan. Setelah itu, wanita menjalani stimulasi ovarium menggunakan suntikan hormon, mirip seperti pada program bayi tabung (IVF).
Sel telur yang matang lalu diambil melalui prosedur ringan saat dibius, dan langsung diperiksa. Sel telur berkualitas baik akan dibekukan dengan teknik bernama vitrifikasi—proses pembekuan ultra-cepat yang menggunakan nitrogen cair agar sel telur tetap aman untuk disimpan.
Bagaimana Menggunakan Sel Telur yang Telah Dibekukan?
Saat siap untuk hamil, sel telur yang disimpan akan dicairkan, diperiksa kembali, lalu dibuahi menggunakan teknik ICSI (injeksi sperma langsung ke dalam sel telur). Embrio yang terbentuk kemudian ditanamkan ke dalam rahim, biasanya 3–5 hari setelah pembuahan.
Seberapa Tinggi Peluang Kehamilannya?
Tingkat keberhasilan kehamilan dari sel telur beku bervariasi, diperkirakan antara 4–12% per sel telur. Faktor usia saat pembekuan dan jumlah sel telur yang dibekukan sangat memengaruhi keberhasilan. Meski teknologi ini menjanjikan, data jangka panjang masih terus dikumpulkan.
Apakah Aman bagi Bayi yang Dilahirkan?
Studi sejauh ini menunjukkan bahwa bayi yang lahir dari sel telur beku memiliki risiko cacat bawaan yang sama dengan bayi dari sel telur segar. Namun, riset lebih lanjut masih dibutuhkan untuk memastikan hal ini dalam jangka panjang.
Risiko dan Pertimbangan
Risiko pembekuan sel telur serupa dengan proses IVF lainnya, seperti kemungkinan sindrom hiperstimulasi ovarium, infeksi, atau pendarahan saat pengambilan sel telur. Selain itu, walau telur bisa disimpan selama bertahun-tahun, sebagian besar klinik menerapkan batas usia maksimal untuk menggunakannya, dan kehamilan di usia lanjut tetap memiliki risiko kesehatan seperti tekanan darah tinggi atau diabetes kehamilan.
Biayanya Berapa?
Biaya pembekuan sel telur bervariasi tergantung kebijakan klinik dan apakah ada asuransi yang menanggung. Beberapa asuransi menanggung pemeriksaan awal dan sebagian proses pembekuan, tapi secara umum prosedur ini masih tergolong mahal. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Membekukan Sel Telur: Apa Itu dan Mengapa Penting?
Pewarta | : Wahyu Nurdiyanto |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |