TIMES BUTON, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump tiba di Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu (26/10/2025), untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-47 ASEAN. Dalam kunjungan ini, Trump dijadwalkan menyaksikan penandatanganan perluasan perjanjian gencatan senjata antara Thailand dan Kamboja serta memantau sejumlah pembicaraan dagang penting.

Langkah pertama Trump di forum ASEAN kali ini adalah mengawasi penandatanganan perjanjian damai antara Kamboja dan Thailand,  kelanjutan dari kesepakatan gencatan senjata yang ia bantu mediasi pada Juli lalu setelah pecahnya konflik berdarah di perbatasan kedua negara.

Bentrokan selama lima hari itu menewaskan sedikitnya 48 orang dan membuat sekitar 300 ribu warga mengungsi, menjadi salah satu pertempuran paling serius dalam sejarah modern kedua negara.

Perjanjian baru ini memperluas kesepakatan damai yang telah ditandatangani tiga bulan sebelumnya, setelah Trump menghubungi langsung para pemimpin kedua negara dan memperingatkan bahwa hubungan dagang mereka dengan Washington bisa ditangguhkan jika konflik tak segera dihentikan.

Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul sempat hampir batal hadir karena wafatnya Ratu Ibu Sirikit pada Jumat lalu. Namun, ia akhirnya tetap terbang ke Kuala Lumpur untuk menghadiri acara penandatanganan.

Setibanya di Bandara Internasional Kuala Lumpur, Trump disambut oleh Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim dan rombongan penari tradisional. Presiden AS itu sempat ikut menari di karpet merah sambil mengibarkan bendera AS dan Malaysia, sebelum melanjutkan perjalanan ke pusat kota bersama Anwar.

Pembicaraan Dagang dan Diplomasi Global

Selain menyaksikan perjanjian damai, kunjungan Trump juga diwarnai agenda ekonomi penting. Di sela-sela KTT, delegasi perdagangan Amerika Serikat dan Tiongkok dijadwalkan melakukan pertemuan untuk meredam ketegangan perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut.

Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer menyebut bahwa pembahasan berlangsung produktif dan mencakup berbagai isu strategis, termasuk upaya memperpanjang masa gencatan senjata dagang. “Kami optimistis pertemuan para pemimpin nanti akan menghasilkan kemajuan berarti,” ujarnya.

Kunjungan ini merupakan perjalanan pertama Trump ke Asia sejak menjabat pada Januari lalu. Selain dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping, Trump juga dijadwalkan bertemu Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva untuk membahas kebijakan tarif AS yang mencapai 50 persen terhadap produk Brasil. Lula menilai kebijakan itu keliru, mengingat AS mencatat surplus perdagangan hingga 410 miliar dolar terhadap Brasil dalam 15 tahun terakhir. Menanggapi hal itu, Trump menyatakan dirinya terbuka untuk meninjau kembali tarif tersebut. (*)